Reihan terlahir dengan sehat. Pada usia 1 tahun saat proses tumbuh gigi, Reihan mengalami DBD dan campak yang akhirnya membuat Reihan mengalami demam tinggi hingga kejang. Setelah kejang, Reihan mengalami koma selama 1 minggu dan setelah terbangun dari koma, fungsi tubuh Reihan kembali menjadi seperti saat bayi.
Saat ini Reihan rutin mengunjungi Psikiater dan Nuerolog setiap bulannya. Dari Psikiater Reihan mendapatkan obat untuk meminimalisir perilaku hyperactive-nya dan neurolog membantu mengatasi kejang Reihan.
Keluarga Reihan merupakan keluarga korban penggusuran yang direlokasi ke Rusunawa Waduk Pluit. Reihan dan keluarga tinggal di rusun bersama dengan orangtua Reihan, serta kakak perempuan Reihan yang telah berkeluarga.
Ibunda Reihan merupakan ibu rumah tangga, sedangkan Ayah Reihan merupakan supir taksi online dengan rata- rata penghasilan kotor Rp 300.000/hari dan harus menyetor kepada pemilik mobil Rp 135.000/hari. Dengan keterbatasan ekonomi yang dialami keluarga serta jarak rumah yang jauh dari sekolah, orangtua Reihan tetap memperjuangkan agar Reihan bisa bersekolah dengan baik di SLBD-D1 YPAC Jakarta.